Analisis Karakteristik Kekeringan Di Nusa Tenggara Menggunakan Pengukuran Return Period

Authors

  • Helen Parkhurst Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jambi

DOI:

https://doi.org/10.59841/excellence.v1i4.888

Keywords:

Kekeringan, Skenario, Tingkat Keparahan, Representative Concentration Pathways, Return Period

Abstract

Sektor pertanian, terutama produksi tanaman pangan merupakan pilar perekonomian di Indonesia dengan sentra produksi berada di Nusa Tenggara. Salah satu penyebab penurunan produksi tanaman pangan adalah kekeringan yang disebabkan oleh perubahan iklim. Kekeringan dapat dihitung dengan Standardized Precipitation Index yang merupakan indeks untuk mengukur tingkat keparahan kekeringan suatu wilayah. Tingkat keparahan kekeringan suatu wilayah dapat mencapai nilai tertinggi yang dapat digunakan untuk memperkirakan periode kejadian kekeringan yang terjadi secara berulang. Selanjutnya hasil estimasi tersebut dapat digunakan untuk memperoleh nilai Return Period yang merupakan rata-rata waktu kekeringan yang terjadi dengan menentukan keparahan kekeringan maksimum. Untuk mengantisipasi kekeringan yang terjadi secara berulang, tujuan dari penelitian ini adalah melakukan identifikasi karakteristik kekeringan dari Return Period berdasarkan profil geografis Nusa Tenggara. Data yang digunakan adalah data observasi curah hujan bulanan selama periode tahun 1985 sampai 2014 yang menggambarkan kejadian kekeringan yang telah terjadi untuk masa sekarang dan data skenario curah hujan bulanan selama periode tahun 2016 sampai 2100 berdasarkan Representative Concentration Pathways yang menggambarkan iklim di masa akan datang. Hasil analisis data menunjukkan bahwa Return Period secara geografis memberikan gambaran untuk berbagai wilayah. Pada wilayah karakteristik iklim lebih basah terlihat adanya pengurangan curah hujan, sedangkan wilayah karakteristik iklim lebih kering tidak mengalami pengurangan curah hujan yang signifikan. Secara umum dapat diketahui bahwa beberapa tahun ke depan prediksi kekeringan Pulau Nusa Tenggara menunjukkan tingkat keparahan kekeringan yang tidak terlalu parah dengan periode berulang yang lebih sering terjadi.

References

Adhyani NL. 2017. Kajian pada Standardized precipitation Evapotranspiration indeks (SPI) sebagai indikator awal kekeringan pertanian [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Bonaccorso B, Cancellie A, Rossu G, 2003. An Analytucal Formulation of Return Period of drought severity. J. Research and Risk Assesment, 17(3): 157-174.

Douglas EM, Vogel RM, Kroll CN (2002) Impact of streamflow persistence on hydrologic design. J. Hydrologic Eng, 7(3): 220–227.

Erdianto K. 2017. BNPB: Ribuan desa di pulau Jawa dan Nusa tenggara krisis air. https://nasional.kompas.com/read/2017/09/08/21311541/bnpb-ribuan-desa-di- pulau-jawa-dan-nusa-tenggara-krisis-air. [14 April 2018]

Guenang GM, Kamga Fm. 2014. Computation of Standardized precipitation index (SPI) and its use to asses drought occurences in cameroon over recent decades. J. Meteorologi and Climatologi, 53:2310-2324.

Heim RR. 2002. A Review of twentieth century drought indices used in the United States. Bull. Amer. Meteor. Soc, 83:1149–1165.

[IPCC] Intergoverment Panel on Climate Change. 2013. Climate Change: The Physical Science Basis. New York (US) Cambridge Univ Pr.

McKee TB, Doesken NJ, Kleist J. 1993. The Relationship of Drought Frequency and Duration to Time Scales, Prociding of the 8th Conference on Applied Climatology.

Mishra AK, Singh VP. 2010. A review of drought concepts. J. Hydrology,391(12): 202-216.

Muharsyah R, Ratri DN. 2015. Durasi dan kekuatan kekeringan menggunakan indeks hujan terstandarisasi di Pulau Bali. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika. 16(2):93-104.

[NOAA] National Oceabic and Atmospheric Administration. 2008. Drought National Oceanic and Atmospheric Administration National weather Service.

White, FH. 1990. A Study of the Feasibility of Using Simulation Model and Mathematical Program as Aids to Drought and Management Bereau of Rural Resources, Canbera.

Shiau J, Shen HW. 2001 Recurrence analysis of hydrologic droughts of differing severity. J.Water Res. Planning and Management, 127(1):30–40.

Tarawneh ZS dan Salas JD. 2009. The occurance probability and return period of extreme hyrological drought, Thirteenth International Water Technology Conference, IWTC 13.

Van Vuuren DP, Edmond J, Kainamu M, Riahi K, Thomson A, Hibbard K, Hurtt GC, Kram T, Krey V,Lamarque JF et al. 2011. The representative concentration pathways: an overview. J. Climate Change, 109:5-31.

Vicente-Serrano SM, Begueria S, Lopez-Moreno, JI. 2010. A multi-scalar drought index sensitive to global warming: the Standardized Precipitation Evapotranspiration Index–SPEI. J. Climate. 23(7):1696–1718.

Volpi E, Fiori A, Grimaldi S, Lambordo F, Koutsoyiannis D. 2015. One hundred years of return period: Strenghts and limitations. Water Resour. Res, 51:8570-8585.

Walpole RE, Myers RH, Myers SL, Ye K. 2012. Probability and Statistics for Engineers & Scientists. United States of America (USA) Pearson Education Inc

[WMO] World Meteorological Organization. 2012. Standardized PrecipitationIndex User Guide. WMO-No.1090.

Downloads

Published

2023-12-20

How to Cite

Helen Parkhurst. (2023). Analisis Karakteristik Kekeringan Di Nusa Tenggara Menggunakan Pengukuran Return Period. Journal Economic Excellence Ibnu Sina, 1(4), 325–335. https://doi.org/10.59841/excellence.v1i4.888

Similar Articles

<< < 1 2 

You may also start an advanced similarity search for this article.